Melihat fenomena kegaduhan partai partai pada kompetisi pemilu lalu dibandingkan dengan perkembangan kekinian dengan berbagai warna dan dinamika maka sangat tampak bahwa rakyat khususnya pemilih jadi objek eksploitasi dalam hal ini ekspolitasi emosi oleh politisi dan pemegang kekuasaan, pemilih atau rakyat sibuk dengan "simbol" bahkan membuat anekdot kompetisi politik saling ejek ini bahaya, kebanyakan politisi dan akhirnya diikuti pemilih hanya main pada persoalan tataran emosi bukan lagi tema dan solusi menuju keadilan rakyat kecil, kesejahteraan sosial dan keadikan sosial.
Karenanya rakyat harus sadar, jaga persatuan, jangan mau dipermainkan eksploitasi emosi, mulai saat ini dan kedepan pemilih atau sebagai rakyat harus lebih cerdas jangan terkontaminasi ikut dengan pola pengorganisasian perasaan dan jualan eksploitasi emosial yang tidak terukur.
Sudah diketahui secata umum dalam politik tidak ada musuh yang abadi, yang ada adalah kepentingan, maka apapun akan dilakukan sepanjang frekwensi kepentingannya sama.
Maka dengan melihat kondisi arah dan gerakan partai partai politik saat ini menunjukkan bahwa partailah yang jadi dominan pengendali di republik ini bukan kedaulatan rakyat.
Ditulis oleh; Azmi Syahputra, Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia (Alpha)